Saat seseorang akan membeli kamera baru, kadang fitur auto fokus luput
dari perhatian. Dianggapnya semua kamera kan sudah bisa auto fokus, dan
dia tidak menyangka bahwa ini adalah salah satu mekanisme paling rumit
yang dimiliki setiap kamera.
Ya, fitur auto fokus itu penting,
supaya bisa dapat foto yang fokusnya pas. Tapi bukankah setiap kamera
sudah bisa auto fokus, dan tentu hasilnya akan sama, lalu di mana
perbedaannya?
Jawabannya adalah dalam hal kecepatan mencari
fokus, mulai dari tombol rana ditekan setengah, kamera memutar elemen
fokus di lensa, hingga terdengar bunyi beep (tanda bahwa fokusnya sudah didapat).
Biasanya
proses ini didapat dalam waktu 1/2 hingga 5 detik, tergantung banyak
faktor. Tapi satu hal yang pasti, auto fokus yang lambat akan membuat
kesal karena momen yang ingin difoto
bisa saja terlewatkan.
Fokus ke subyek sebelah kiri, maka subyek yang ada di depan dan latar belakangnya tampak tidak fokus
Fokus
dalam fotografi juga memegang peranan penting untuk menggiring
perhatian mata kita kepada subyek utama yang ingin kita tonjolkan.
Saat kamera fokus ke satu subyek ,maka area yang ada di depan dan di belakangnya akan tampak tidak fokus (blur).
Maka jadi hal yang penting untuk kita bisa mengatur auto fokus kamera
yang tepat, karena foto yang sudah blur tidak bisa dikembalikan lagi
fokusnya.
Kali ini kita akan membahas tentang teknologi auto fokus di kamera
digital. Cara kamera mencari fokus secara umum terbagi dalam dua cara,
yaitu memakai deteksi kontras dan deteksi fasa. Kita akan bahas
satu-satu beserta kelebihan dan kekurangannya.
CDAF (Contras Detect AF)
Cara CDAF adalah cara yang paling murah, ditemui di semua kamera digital
non DSLR, seperti kamera saku, prosumer bahkan kamera mirrorless (yang
bisa berganti lensa).
CDAF punya prinsip kerja yang mengandalkan
kecepatan prosesor kamera untuk menganalisa fokus, tentunya selama
proses mencari fokus kamera harus bisa ‘melihat’ obyek yang difoto
melalui sensor gambar.
Kamera akan mencari kontras terbaik dan kadang terlihat ada seperti ‘focus hunting’
gambar terlihat agak maju mundur. Semakin baik prosesor kamera maka
proses mencari fokus bisa lebih cepat dan bisa juga ‘dipaksakan’ untuk
mengikuti subyek yang bergerak walau tetap terlihat focus hunting-nya.
Keuntungan CDAF:
-. Hasil fokus yang didapat sangat akurat, obyek yang difokus akan terlihat tajam dan detail.
-. Praktis dan murah, karena proses auto fokus hanya melibatkan sensor dan prosesor.
-. Bisa mendeteksi wajah.
-. Area atau titik yang ingin difokus bisa di semua bidang gambar dan bisa diaplikasikan untuk sistem layar sentuh.
Kerugian CDAF:
-. Focus hunting, kadang jadi lama sampai fokus benar-benar didapat.
-. Bisa terkecoh oleh obyek lain yang lebih kontras.
-. Tidak handal untuk fokus kontinu, misal bendanya bergerak.
-. Focus hunting bisa terekam juga bila rekam video.
PDAF (Phase Detect AF)
Cara PDAF ditemui di kamera DSLR, dengan membelokkan gambar yang lewat
dari lensa menuju modul auto fokus tersendiri. Kamera DSLR yang lebih
mahal punya modul fokus yang lebih canggih dan rumit.
Setiap
modul punya titik fokus dalam jumlah tertentu, misalnya sebagian kamera
DSLR Canon pakai 9 titik, yang Nikon pakai 11 titik atau lebih.
PDAF
mengandalkan deteksi fasa sehingga untuk mencari fokus kamera cukup
membandingkan perbedaan fasa pada sensornya, tanpa perlu sensor untuk
‘melihat’ gambar. Saat fokus sudah didapat, barulah foto diambil (cermin terangkat) dan
sensor merekam gambar yang sudah fokus. Pengecualian saat kamera DSLR
masuk ke mode live-view, maka auto fokusnya juga akan beralih menjadi
CDAF.
Keuntungan PDAF:
-. Proses mendapatkan fokus yang cepat, tanpa ada hunting.
-. Handal untuk fokus kontinu, subyek bergerak kiri kanan atau maju mundur tidak masalah.
-. Bisa diandalkan di tempat agak gelap
Kerugian PDAF:
-. Kadang walau kamera sudah dapat fokus, tapi hasil fotonya masih kurang fokus (perlu kalibrasi atau AF fine tune).
-. Tidak bisa dipakai saat merekam video.
-.
Terbatas hanya sejumlah titik yang ada, dan umumnya semua titik
berkumpul di tengah (sulit memfokus benda yang ada di pinggir).
-. Modul yang lebih canggih membuat harga kamera jadi mahal.
Hybrid AF
Dari
poin-poin di atas tampaknya Anda jadi semakin bingung karena kedua cara
ini sama-sama punya plus minus sendiri. Ya memang kenyataan ini tidak
bisa dihindarkan karena desain dan cara kerja kameranya memang
berbeda-beda.
Perkembangan kamera digital saat ini juga semakin beragam, dengan ciri kamera semakin banyak dipakai juga untuk rekam video.Kamera DSLR mengalami keterbatasan dalam rekam video karena sistem PDAF
pasti tidak bisa dipakai, maka itu terpaksa beralih ke sistem CDAF yang
kerap mengalami focus hunting.
Masalah yang agak berbeda dialami
kamera mirrorless yang memang memakai sistem CDAF, terasa kurang handal
untuk dipakai memotret benda bergerak. Nah solusinya adalah
menggabungkan kedua metoda ini dalam satu kamera.
Bagaimana bisa? Intinya secara prinsip dasar, yang namanya elemen
pendeteksi fasa (untuk PDAF) tidak harus dibuat berupa modul terpisah,
melainkan bisa didesain untuk menyatu pada sensor gambar berupa
piksel-piksel khusus AF.
Jadi dalam prakteknya sebenarnya
dimungkinkan untuk dibuat sebuah sensor yang punya dua fungsi, yaitu
menangkap gambar dan mendeteksi fasa.
Sistem ini memungkinkan
kamera untuk mencari fokus berdasarkan deteksi kontras dan sekaligus
juga deteksi fasa. Ilustrasinya seperti gambar di atas.
Sekilas saja kita bisa tahu bahwa fakta ini bukanlah kabar baik bagi
kamera DSLR. Mengapa? Karena deteksi fasa (PDAF) tidak lagi jadi hak
ekslusif kamera DSLR.
Hal ini jadi kabar baik justru bagi kamera
mirrorless karena bisa mengatasi keterbatasan yang dulu mereka alami.
Tapi kamera DSLR bila mau (atau bila mampu) juga boleh memakai sensor
hybrid AF ini, tentunya hanya saat sedang live-view dan sedang rekam
video.
Anda tahu kamera DSLR Canon terbaru EOS 70D? Kamera ini
punya sensor hybrid yang bisa auto fokus berbasis deteksi fasa saat
live-view. Tapi upaya ini dilakukan saat produsen DSLR sudah punya
banyak lensa, sedangkan untuk hasil maksimal diperlukan lensa dengan
motor fokus yang bisa mendukung kerja hybrid AF ini.
Tak mau
mengenal istilah terlambat, Canon memulai era baru dengan merilis lensa
baru (atau memodifikasi lensa yang ada) dengan kode STM (Stepper Motor)
seperti lensa 18-55mm dan lensa 18-135mm seperti contoh gambar di atas.
Produsen lain seperti Nikon atau Pentax mungkin masih perlu waktu lama untuk mengikuti jejak Canon (itu pun bila mereka mau).
Di kamera mirrorless, hybrid AF ini seakan jadi ciri kamera mirrorless
kelas atas, yang menjanjikan kecepatan dan akurasi fokus, serta fokus
kontinu untuk benda bergerak atau saat rekam video.
Kamera
seperti Sony A6000 mengklaim sebagai kamera dengan auto fokus tercepat,
lalu ada Fuji X-T1 dan beberapa kamera mirrorless lainnya.
Dengan
teknologi hybrid AF ini, kamera akan terlebih dahulu memakai cara
deteksi fasa untuk mendapat fokus ke obyek yang diinginkan tanpa
hunting, lalu dilanjutkan dengan memakai deteksi kontras untuk mencari
fokus terbaik dan paling akurat. Keren kan?
1 comments:
ya sama-sama.terimakasih sudah mau berkunjung